Entri Populer

Kamis, 16 Juni 2011

HUKUM PACARAN MENURUT ISLAM

HUKUM PACARAN MENURUT ISLAM (penjelasan mengenai sebab diharamkannya pacaran)

Istilah pacaran itu sebenarnya bukan bahasa hukum, karena pengertian dan batasannya tidak sama buat setiap orang. Dan sangat mungkin berbeda dalam setiap budaya. Karena itu kami tidak akan menggunakan istilah `pacaran` dalam masalah ini, agar tidak salah konotasi.

I. Tujuan Pacaran

Ada beragam tujuan orang berpacaran. Ada yang sekedar iseng, atau mencari teman bicara, atau lebih jauh untuk tempat mencurahkan isi hati. Dan bahkan ada juga yang memang menjadikan masa pacaran sebagai masa perkenalan dan penjajakan dalam menempuh jenjang pernikahan.

Namun tidak semua bentuk pacaran itu bertujuan kepada jenjang pernikahan. Banyak diantara pemuda dan pemudi yang lebih terdorong oleh rasa ketertarikan semata, sebab dari sisi kedewasaan, usia, kemampuan finansial dan persiapan lainnya dalam membentuk rumah tangga, mereka sangat belum siap.

Secara lebih khusus, ada yang menganggap bahwa masa pacaran itu sebagai masa penjajakan, media perkenalan sisi yang lebih dalam serta mencari kecocokan antar keduanya. Semua itu dilakukan karena nantinya mereka akan membentuk rumah tangga. Dengan tujuan itu, sebagian norma di tengah masyarakat membolehkan pacaran. Paling tidak dengan cara membiarkan pasangan yang sedang pacaran itu melakukan aktifitasnya. Maka istilah apel malam minggu menjadi fenomena yang wajar dan dianggap sebagai bagian dari aktifitas yang normal.

II. Apa Yang Dilakukan Saat Pacaran ?

Lepas dari tujuan, secara umum pada saat berpacaran banyak terjadi hal-hal yang diluar dugaan. Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa aktifitas pacaran pelajar dan mahasiswa sekarang ini cenderung sampai kepada level yang sangat jauh. Bukan sekedar kencan, jalan-jalan dan berduaan, tetapi data menunjukkan bahwa ciuman, rabaan anggota tubuh dan bersetubuh secara langsung sudah merupakan hal yang biasa terjadi.

Sehingga kita juga sering mendengar istilah “chek-in”, yang awalnya adalah istilah dalam dunia perhotelan untuk menginap. Namun tidak sedikit hotel yang pada hari ini berali berfungsi sebagai tempat untuk berzina pasangan pelajar dan mahasiswa, juga pasanga-pasangan tidak syah lainnya. Bahkan hal ini sudah menjadi bagian dari lahan pemasukan tersendiri buat beberapa hotel dengan memberi kesempatan chek-in secara short time, yaitu kamar yang disewakan secara jam-jaman untuk ruangan berzina bagi para pasangan di luar nikah.

Pihak pengelola hotel sama sekali tidak mempedulikan apakah pasangan yang melakukan chek-in itu suami istri atau bulan, sebab hal itu dianggap sebagai hak asasi setiap orang.

Selain di hotel, aktifitas percumbuan dan hubungan seksual di luar nikah juga sering dilakukan di dalam rumah sendiri, yaitu memanfaatkan kesibukan kedua orang tua. Maka para pelajar dan mahasiswa bisa lebih bebas melakukan hubungan seksual di luar nikah di dalam rumah mereka sendiri tanpa kecurigaan, pengawasan dan perhatian dari anggota keluarga lainnya.

Data menunjukkan bahwa seks di luar nikah itu sudah dilakukan bukan hanya oleh pasangan mahasiswa dan orang dewasa, namun anak-anak pelajar menengah atas (SLTA) dan menengah pertama (SLTP) juga terbiasa melakukannya. Pola budaya yang permisif (serba boleh) telah menjadikan hubungan pacaran sebagai legalisasi kesempatan berzina. Dan terbukti dengan maraknya kasus `hamil di luar nikah` dan aborsi ilegal.

Fakta dan data lebih jujur berbicara kepada kita ketimbang apologi. Maka jelaslah bahwa praktek pacaran pelajar dan mahasiswa sangat rentan dengan perilaku zina yang oleh sistem hukum di negeri ini sama sekali tidak dilarang. Sebab buat sistem hukum sekuluer warisan penjajah, zina adalah hak asasi yang harus dilindungi. Sepasang pelajar atau mahasiswa yang berzina, tidak bisa dituntut secara hukum. Bahkan bila seks bebas itu menghasilkan hukuman dari Allah berupa AIDS, para pelakunya justru akan diberi simpati.

III. Pacaran Dalam Pandangan Islam

a. Islam Mengakui Rasa Cinta

Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Yang Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada wanita (lawan jenis) dan lain-lainnya.

`Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik .`(QS. Ali Imran :14).

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mewujudkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.

Rasulullah SAW bersabda,`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal

Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatan di antara mereka berdua sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, maka pada hakikatnya bukan sebuah cinta, melainkan nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat.

Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekedar diucapkan atau digoreskan di atas kertas surat cinta belaka. Atau janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak.

Bahkan lebih `keren`nya, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada pasangan, melainkan kepada ayah kandung wanita itu. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya.

Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `laki-laki sejati`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang laki-laki itu betul serorang gentlemen atau sekedar kelas laki-laki iseng tanpa nyali. Beraninya hanya menikmati sensasi seksual, tapi tidak siap menjadi “the real man”.

Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana.

Sedangkan pemandangan yang kita lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama.

Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung.

Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada kepastian tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu adalah memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, atau perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya atas data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,`Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa` fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha` Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum dan acak-acakan. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya bisa dikatakan sebuah penyesatan dan pengelabuhan.

Dan tidak heran bila kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Rabu, 15 Juni 2011

CERITA : JANJI KAKEK

Apa kalian masih memiliki seorang kakek? Yah, kakek yang sangat dekat denganmu. Pasti ada kan? Seperti yang dimiliki Nelli, gadis SMU yang memiliki salah satu sifat egois. Ia selalu membuat masalah disekolahnya karena ia salah satu murid yang terkenal bandel, hanya orang-orang tertentu saja yang mau berteman dengannya. Tapi dibalik semua sifat berandalnya, ia adalah gadis yang lembut dan selalu menolong yang lemah. Itu semua berkat kakeknya, Nelli sangat menyayangi kakeknya itu.
“kakeeek! Nelli berangkat dulu, kakek jangan lupa minum obatnya ya!” teriak Nelli dari luar rumah.
“Nelliii! Sudah berapa kali ibu bilang jangan pernah teriak-teriak di depan rumah!” bentak ibu Nelli, sedangkan Nelli Cuma bisa nyengir iseng kemudian berbalik kabur bersama teman-teman se-gengnya.
“cieee… yang perhatian banget sama kakeknya…! Gak biasanya begitu baiiik…!” ledek teman-temannya.
“apaan sih! Habis Cuma kakek satu-satunya orang yang percaya sama orang kaya aku. Aku kan jadi kaya gini gara-gara gak tahan sama kedua orangtuaku yang selalu menekanku menjadi sesuatu yang lebih baik, pada kenyataannya aku kan ancur. Aku bakalan trus jadi kaya gini sampe ortuku sadar aku gak suka digituin.” Tekad Nelli yakin.
“cieee…. Yang ngomongnya pake aku… nyampe sekolah nanti bahasanya langsung berubah kaya cecirit…” ledek teman-teman Nelli lagi.
“apa sih! Kalian emang Cuma bisanya ngeledek doang!” kata Nelli kesal.
“sorry, bro! kami ngerti kok, tenang aja!” kata Mira salah satu teman se-gengnya.
“kalian juga sih… Nelli kan punya niat baik, harus didukung bukan diledek.” Kata Nina, teman se-geng Nelli yang paling kalem dan selalu jadi juara kelas di angkatannya.
“niat baik Nelli terlalu baik untuk orang kaya Nelli.” Kata Mika dan Yuka setengah meledek.
“Kaliaaaan…!” Nelli mencekik kedua temannya itu.
“ampun, ampun…. Nona Nelli hyang bae hati… awww…” kata Mika dan Yuka meminta ampun. Mira dan Nina tertawa melihat mereka bertiga.
“NELLI! LAGI-LAGI KAMU TERLAMBAT!” kata sebuah suara yang sangat tidak disukai oleh Nelli.
“Hah! Bapak ngaco! Saya justru datang lebih cepet 5 menit sebelum bel. Padahal saya bela-belain bangun lebih pagi buat datang kesini. Tapi bapak malah bilang terlambat?! Bapak gila ya?” kata Nelli berusaha menjaga kesopanannya didepan pak dian, biar gak kena hukum lagi.
“bukankah kamu kemarin janjinya datang jam setengah 7?” koreksi pak Dian.
“ta, tapikan datang jam segini seharusnya jadi perkembangan bagus. Bapak ngerti gak sih?” kata Nelli membantah.
“bapak gak ngerti sebelum kamu lari keliling lapangan 10 kali dan berdiri ditengah lapangan sampe jam pelajaran pertama selesai. Itu hukuman karena tidak menepati janji dan tidak membuat pr yang bapak berikan kemarin.” Kata pak Dian santai.
“pr? Darimana bapak tahu aku belum bikin pr? Bapak jangan asal nuduh dulu dong…”
“kalau begitu mana pr kamu kalau kamu memang sudah mengerjakannya.”
“ah, ketinggalan dirumah! Iya ketinggalan di rumah…”
“biar bapak telfon ibumu untuk membawakan prmu kesini.” Kata pak Dian sambil mengeluarkan hp-nya.
“jangan pak! Iya, saya ngaku belum bikin pr. Tapi jangan telpon ibu saya pak, bisa-bisa uang jajan saya dikurangin.”
“kalau gitu…” pak Dian menunjuk kearah lapangan sekolah yang luasnya hampir seluas lapangan sepak bola di Bung Karno.
“iya…” kata Nelli lemas.
“yang semangat ya!” kata Mika meledek Nelli, ia memang suka ngerjain Nelli yang mukanya lumayan baby fest.
“ok, kalian bertiga cepetan masuk kelas.” Perintah pak Duta pada Mika, Yuka, Mira, dan Nina.
“ok, sir!” kata mereka bersamaan. Ketiga teman Nellipun langsung pergi ke kelas mereka masing-masing. Pak Duta tetap berada di lapangan sambil terus memperhatikan Nelli agar ia tidak kabur saat pak Duta tidak ada disana.
Tanpa sepengetahuan Nelli, semua murid kelas Nelli sedang memperhatikannya dari dalam kelas. Hampir 1 kelas itu tidak menyukai Nelli, walaupun tidak semuanya sih.
“hahaha… dia kena hukum lagi…! Biar tau rasa tuh anak gara-gara sering ngerjain kita.” Kta salah seorang murid kelas 2-3 yang sangat benci dengan Nelli karena pernah dikalahkan Nelli dalam adu olahraga. Semuanya mengiyakan, mereka semua setuju dengan perkataan anak itu.

Akhirnya Nelli berhasil melakukan semua perintah pak Duta dengan baik. Ia diperbolehkan ke kelas saat bel pelajaran kedua berbunyi.

“akhirnya… selesai juga…” kata Nelli saat ia memasuki kelas. Semua menatap Nelli sinis, ditatap seperti itu jelas Nelli marah.
“apa liat-liat?! Nantang lo!” tantang Nelli. Semua teman seekelasnya sudah tidak tahan dengan sikap Nelli. Akhirnya semua berdiri mengarah ke Nelli.
“ya! Kami sudah muak diperlakukan seenaknya olehmu! Kami ladeni tantanganmu!”
“ok! Sapa takut!” semua bersiap berantem dan disaat yang sama seorang guru datang memanggil Nelli.
“ibu apa-apaan sih manggil-manggil? Gak liat apa kalo lagi serius.” Kata Nelli kesal.
“tadi ada telpon dari ibumu. Katanya................ kakekmu meninggal... Sekarang kamu harus bersiap pulang." Mendengar itu Nelli refleks mendekati guru itu.
“yang bener bu?!” Tanya Nelli gak percaya. Guru itu hanya diam.
“padahal kemarin kakek janji tidak akan pernah meninggalkanku sebelum ia melihatku berhasil mencapai cita-citaku.” Melihat perubahan mimik Nelli yang menjadi sedih, semua teman-temannya merasa seperti bukan melihat Nelli yang biasanya. mereka merasa Nelli seperti gadis biasa lainnya, saat itu Nelli terlihat sangat lembut.
“aku akan pulang sekarang juga!” kata Nelli tiba-tiba. Ia mengambil tas dan segera berlari keluar kelas. Kebetulan sekali ketiga teman se-gengnya itu sedang diluar kelas, melihat Nelli berlari kencang keluar dari kelasnya, mereka bertiga merasa aneh. Mereka bertiga pun mendatangi kelas 2-3 untuk menanyakan apa yang terjadi dengan Nelli.

Sampai dirumah….
Nelli melihat kakeknya sudah terbaring ditutupi kain kavan dan dikelilingi keluarganya. Nelli mendekati kakeknya itu perlahan-lahan, ia tidak percaya kakeknya sudah meninggal.
“KAKEEEK!” Nelli menangis sekencang-kencangnya, ia memeluk kakeknya itu dengan penuh kasih sayang. Ia tidak percaya berpisah dengan kakeknya secepat ini.

Esoknya….
Kakeknya dimakamkan, semua keluarga dan para tetangga berkumpul disana. Nelli menatapi kuburan kakeknya dalam-dalam. Tak lama setelah itu, mereka semua pulang kerumahnya masing-masing. Hanya Nelli yang masih tetap berada disana sampai ibu menariknya pergi.

Di depan gerbang, Nelli melihat teman-teman sekelasnya berkumpul disana bersama ketiga teman se-gengnya.
“ada apa?” Tanya Nelli lesu.
“hem… begini… kami mau minta maaf sama soal perkataan kami kemarin. Kami sudah mendengar semuanya dari mereka bertiga. Maafkan kami karena kami hanya melihat kamu dari penampilan luarnya saja, kami juga berjanji akan membantumu menggantikan kakekmu mengejar cita-citamu…” kata mereka tulus. Mendengar itu, Nelli merasa amat sangat senang.
“terima kasih… terima kasih teman-teman…” kata Nelli memeluk semua teman-temannya itu bergantian. Ibu Nelli sangat terharu melihatnya.
“ngomong-ngomong… apa cita-citamu?” Tanya Nina tiba-tiba. Nelli tersenyum yakin.
“aku… ingin menjadi dokter! Agar aku bisa menyelamatkan banyak orang! Itu janjiku pada kakek.” kata nelli yakin.

SELESAI